Sunday 4 January 2015

                     Turned the table
1st. Chapter


 Cahaya mentari pagi yang bersinar dari balik jendela kamar membangunkan tidur Shinhye, wajahnya mengerut menandakan ia merasa terganggu. Hari ini adalah hari minggu dan shinhye tidak punya pekerjaan di kantor. Dia berencana untuk menghabiskan harinya tidur di ranjangnya yang berukuran king size bed. Dia membalikkan badan untuk melihat sisi disebelahnya. Kosong. Lagi ??. Shinhye adalah wanita yang telah menikah yang tidak dapat sering-sering bertemu dengan suaminya dan dia pikir hal itu karena suaminya sangat sibuk bekerja di kantor.
 Hampir setiap pagi hal ini terjadi. Dia akan terbangun tanpa kehadiran Siwon disisinya. Dihari yang katakanlah beruntung, dia akan terbangun dengan Siwon disampingnya tapi hanya itu, mereka tidak pernah lagi bermesraan seperti layaknya pasangan suami istri  pada umumnya. Mereka akan berbagi ciuman dan bahkan melakukan hubungan sex tapi Shinhye tidak lagi merasakan getaran-getaran cinta... tidak lagi merasakan adanya kupu-kupu di perutnya ketika mereka melakukan hal-hal yang selayaknya dilakukan oleh pasangan suami istri. Itu terasa sama seperti kebodohan telah mengambil alih kehidupannya .. hari-hari shinhye seperti di penuhi mendung yang kelabu. Tapi di benaknya Shinhye berpikir dan berharap satu-satunya alasan mengapa Siwon bersikap seperti itu adalah karena dia sibuk dengan pekerjaannya di kantor ... bagaimapun juga Siwon adalah pengacara terkenal.
 Shinhye memaksakan dirinya bangun dari tempat tidur mengambil kardigan miliknya yang ia gantung di atas kursi di depan meja rias miliknya.  Dengan langkah gontai Shinhye menuju ke kamar mandi ke arah wastafel, memejamkan matanya dan menghirup napas dalam-dalam. Setelah beberapa saat, ia kemudian membuka mata dan melihat bayangannya sendiri di depan cermin yang tepat berada di hadapannya. Shinhye berpikir mengapa dia sudah tidak lagi merasa cantik ? Beberapa bulan setelah ia berkencan dengan siwon sampai beberapa bulan usia pernikahanya dia merasa dia adalah wanita paling cantik di dunia ... tapi kenapa sekarang dia merasa JELEK ... TAK DIINGINKAN?!!
 Wanita yang bak tak bernyawa itu segera menggelengkan kepalanya berharap agar pikiran buruk itu segera hilang dan membasuh mukanya dengan air dingin. It's okay. Kau hanya terlalu paranoid.  Shinhye kemudian pergi ke dapur setelah ia menggosok gigi. Dia merebus air di teko, menyiapkan kopi paginya. Dia membuka lemari dapur berharap ia bisa menemukan sesuatu untuk dimakan bersama kopi, beruntung ia menemukan strawberry bars kesukannya. Baru saja ia akan menuangkan air ke dalam cangkir, dia mendengar bell pintu berdering. Apa itu Siwon ? Apa dia melupakan sesuatu ?. Betapa senang hati shinhye .. dia langsung bergegas ke arah pintu depan untuk mengecek layar monitor di pintu. Dia mendesah kecewa karena orang yang ada dibalik pintu bukanlah Siwon. Tetapi pria yang tinggi dan berambut hitam kecoklatan. Apakah dia salah satu klien Siwon ?.
Akhirnya Shinhye memutuskan untuk membuka pintu walaupun dia tidak tahu siapakah gerangan pria itu akan tetapi ia bisa menebak kalau pria itu sangatlah kaya .. dia bisa melihatnya dari jas armani yang ia kenakan itu adalah hasil desain yang sangat bagus dan sepatunya yang hitam mengkilap.

"Hallo... apakah ada yang bisa saya bantu?" Sapa Shinhye
"Choi shinhye.. benar ?" Shinhye sedikit terkejut dengan perkataan sang pria yang tidak berbasa basi

"Ya ...itu saya.." timpalnya ragu-ragu "Anda siapa ?" Tanyanya lagi.

"Maaf... Saya Lee minho" Minho mengulurkan tangannya yang Shinhye jabat dengan ragu-ragu

"Saya pikir saya tidak pernah bertemu dengan anda tuan Lee. Apa mungkin kita pernah bertemu di acara amal?" Shinhye mencoba memperhatikan wajah pria itu  berpikir keras kalau-kalau dia pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya.

"Tidak... kita belum pernah bertemu sebelumnya. Kedatanganku kesini untuk membicarakan perihal suamimu" Minho menjelaskan.

Seketika itu juga rasa bingung yang dari tadi menyelimuti benak Shinhye seolah menghilang. Ouh jadi benar dia adalah salah satu kliennya Siwon.

"Apakah kau mau berbicara di dalam ?"
"Ya terima kasih" Minho tersenyum dan melangkahkan kakinya masuk ke rumah Shinhye.
"Kopi ? Jus ? Teh ? Atau air putih ?" Shinhye menawarkan.
"Tidak terima kasih...tak usah repot-repot"
"Baiklah kalau begitu" timpal Shinhye sambil mengambil posisi duduk di depan Minho, Shinhye mengamati wajahnya sekali lagi dan dia dapat menyimpulkan bahwa dia sedang punya banyak masalah hal itu nampak jelas dari guratan kesedihan di wajahnya.
"Jadi kau kesini untuk suami saya ? Apa kau kliennya ?"
"Oh tidak .. saya kesini untuk berbicara denganmu bukan suamimu .. akan tetapi hal ini menyangkut dirinya..." Minho mengalihkan tatapannya ke bawah "dan istriku" Dia melanjutkan dengan suara yang begitu lirih.
 Seketika itu juga jantung Shinhye berdegub kencang, ini bukan karena ia terpikat oleh ketampanan Lee minho; dia tidak tahu kenapa ia tiba-tiba menjadi nervous. Dia merasa terkejut dan cemas. "Teruskanlah.." pinta Shinhye dg suara yang hampir tak terdengar.
 Minho menghirup napas panjang. Dia tahu wanita yang ada di hadapannya ini sangatlah mencintai suaminya. Sebenarnya dia tidak ingin melihat reaksi Shinhye; dia tidak tahu apakah Shinhye akan menanggapi masalah ini lebih baik dari pada dirinya atau bahkan jauh lebih buruk tapi bagaimanapun juga dia harus memberi tahu Shinhye. "Apa kau tahu bahwa suamimu berselingkuh di belakangmu ?". Dia menutup matanya dan medesah. Dia melihat raut wajah Shinhye membeku dan susah
dibaca.
"Dengar nyonya Choi saya-..."
"Saya pikir kau harus pergi tuan Lee"
Minho mengedipkan matanya. Tercengang dengan reaksi dari Shinhye. Dia mengira Shinhye akan menangis atau paling tidak dia akan memintanya memberikan bukti-bukti perselingkuhan Siwon dan istrinya tapi dia memintanya untuk pergi ?.
"Nyonya Choi bisakah kau memberiku beberapa menit lagi ?"
"Saya sudah memberikanmu cukup waktu tuan Lee.. saya mengundangmu masuk ke rumah dan kau bilang bahwa suamiku berselingkuh ?" bibir Shinhye sedikit bergetar dan dia harap Minho tidak melihat hal itu.
"Tolong pergilah tuan Lee" pintanya lagi.
 Minho mendesah lagi, dia merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah kartu nama.
"Saya tahu ini mengejutkan tapi jika kau ingin mendiskusikan hal ini lebih lanjut ... " menyerahkan kartu namanya pada Shinhye, "telfon aku .. aku bisa memberi sebagian support begitu juga dengan kau nyonya Choi"

Dengan itu, Shinhye menunjukkan Minho dimana letak pintu keluar.
"Saya yakin saya tidak perlu melakukannya tuan Lee dan saya bisa menjamin bahwa saya dan suami saya.. hubungan kita baik baik saja". Shinhye langsung menutup pintu seketika setelah Minho melangkahkan kakinya keluar dari rumah Shinhye. Seketika itu juga, kaki Shinhye seperti jeli, mereka tidak kuat menopang berat badan Shinhye.  Shinhye tidaklah bodoh. Dia tahu bahwa ia dan Siwon tidaklah baik-baik saja. Dulu mereka baik tapi sudah tidak lagi sekarang.

 Seharian itu, Shinhye mencoba tidak memikirkan apa yang dikatakan Minho tentang suaminya dengan menyibukkan diri mendesain beberapa baju dan gaun, namun usahanya nihil semua desain yang dia buat akan berakhir di tempat sampah. Dia menjambak rambutnya sendiri dan berteriak frustasi. ARRRGHHHH. Dia tidak bisa berhenti berpikir bahwa sebenarnya kemungkinan besar Siwon memang berselingkuh. Siwon tidak mungkin berselingkuh.  Dia mencintai Shinhye begitu pula sebaliknya. Bukankah itu sudah cukup ? Tapi. Kenapa dia selalu pulang telat ? Dengan bau alkohol dan keringat ? Itu semakin membuat Shinhye bingung dan hatinya menjadi semakin cemas dari pada sebelum-sebelumnya.
 Tiba-tiba dia mendengar pintu ditutup dengan sangat pelan. Dia langsung berdiri dan melangkahkan kakinya menuju ke ruang tamu, dia menemukan Siwon sedang memijat kepalanya sedangkan badannya mencondong ke tembok. Dia melihat sekilas ke arah jam dan waktu menunjukan pukul 2:43 dini hari.. dia mencoba untuk mengusir jauh-jauh pikiran itu dan bergerak mendekati Siwon.
"Siwon ... apa kau baik-baik saja?" Kekhawatiran benar-benar nampak jelas di muka Shinhye. Ketika ia menggelantungkan tangan Siwon ke bahunya untuk memapahnya menuju kamar tidur, dia mencium bau parfum wanita yang jelas-jelas itu bukan bau parfum miliknya. Hati Shinhye semakin berdegub kencang. Tidak Shinhye kau hanya berburuk sangka.
 Dengan susah payah akhirnya Shinhye berhasil membawa Siwon ke kamar tidur dan menelentangkannya di atas tempat tidur. Dia memperhatikan wajah tampan suaminya dan Shinhye pun tersenyum. Kemudian dia menarik selimut ke arah dada Siwon tapi Shinhye menghentikan tangannya. Shinhye merasa badannya tak berfungsi, dia tak dapat bernapas, tak bergerak, bahkan dia merasa hatinya tak berdegub. Dengan tangan yang gemetaran Shinhye membuka kancing kemeja Siwon satu persatu, air matanya sudah tak bisa lagi ia tahan. Disanalah tepat di atas dada Siwon dia melihat beberapa bekas kecupan.
 Dengan badan yang sangat gemetaran bahkan dia hampir terjatuh .. Shinhye mengambil langkah mundur. Dia menutup mulua dengan tangannya untuk mennghalau suara isak tangis yang ia keluarkan. Tidak ada jalan keluar untuk tidak mengakui bahwa Siwon, suaminya telah berselingkuh.

 Untung saja esok paginya Siwon tidak melihat adanya bekas air mata di pipi Shinhye. Siwon melanjutkan rutinitas paginya seperti biasa. Shinhye bahkan melihat Siwon meminum  kopi yang ia siapkan.

"Good morning" sapa Siwon tanpa
 mengangkat wajahnya dari koran yang sedang ia baca.

"Morning" jawab Shinhye memastikan suaranya tak terdengar parau.

"OH SIAL" Siwon langsung berdiri dari kursinya "aku tidak memperhatikan waktu" dia menghabiskan tegukkan terakhir kopinya dan memeberi kecupan ringan di bibir Shinhye. "Aku berangkat dulu, I love you".
shinhye tidak membalasnya, sesaat setelah Siwon pergi Shinhye menangis dibalik pintu yang tertutup.  Dia sudah lupa kapan terakhir kali dia menangis seperti ini.

 Lalu Shinhye menghela napas panjang dan menghapus air matanya. Dengan tubuh yang gemetaran dia mengambil telfon genggam miliknya dan memencet nomor yang tertera pada kartu nama yang ia pegang.

"Hello.." sebuah suara bertanya.
"Ini aku ..... " Shinhye berkata sambik menahan isak tangisnya. "ternyata kau benar".